Sabtu, 26 Maret 2011

siap menang

Arema Indonesia akan menghadapi Sriwijaya FC Palembang di stadion Kanjuruhan (26/3) besok. Hasil kurang maksimal memang diperoleh Arema dibeberapa laga sebelumnya.

Modal cukup bagus dikantongi Arema Indonesia dengan berhasil menahan imbang tuan rumah Persiba Balikpapan dengan skor 0-0, tentunya itu akan menjadi motivasi tambahan bagi Noh Alam Shah dkk untuk melibas Sriwijaya FC. Belum lagi dukungan Aremania yang memadati stadion Kanjuruhan makin menambah rasa percaya diri punggawa Singo Edan untuk tampil maksimal.

Kubu Sriwijaya FC sendiri tentu tidak akan melewatkan begitu saja pertandingan melawan Arema. Anak asuh Ivan Kolev ini datang ke Malang dengan penuh percaya diri setelah sebelumnya mengalahkan Persiwa Wamena 2-1 (20/3) dan menahan imbang pemuncak klasemen sementara ISL Persipura Jayapura 0-0 dikandangnya Stadion Jakabaring Palembang.

Putaran pertama lalu Arema menuai hasil manis saat menahan imbang Arif Suyono dkk di stadion Jakabaring Palembang dengan skor 1-1 (26/1). Saat itu Arema tertinggal lebih dulu oleh gol Supardi kemudian Arema berhasil menyamakan kedudukan oleh gol striker muda Sunarto.

Sriwijaya FC datang ke Malang tanpa diperkuat beberapa pilarnya. Klub berjuluk Laskar Wong Kito ini tidak membawa serta Ponaryo Astaman dan Firman Utina. Dua pemain yang sama-sama pernah merumput bersama Arema ini dikabarkan sedang mengalami cedera. Kubu Arema sendiri tanpa diperkuat Waluyo, pemain yang berposisi sebagai bek sentral yang juga bisa dipasang sebagai bek sayap ini mendapatkan akumulasi kartu kuning.

Sementara itu striker Arema, Noh Alam Shah ketika melawan Persiba tidak dimainkan karena cedera besar kemungkinan akan diturunkan saat menghadapi Sriwijaya FC karena kondisinya sudah membaik.

Pertandingan diprediksi akan berlangsung sengit, Arema tak ingin membiarkan posisinya tergeser oleh Sriwijaya FC. Saat ini anak didik Miroslav Janu tersebut berada di urutan ke 5 dan Sriwijaya FC berada satu strip dibawah Arema dengan raihan poin kedua tim sama-sama 27.

sumber : http//www.aremafc.com

Label:

Senin, 07 Maret 2011

Niat Raih Hasil Manis Di Awal Putaran Pertama

Duel dua tim papan atas akan tersaji di stadion Mandala, Jayapura antara Arema Indonesia dijamu tuan rumah Persipura Jayapura sore nanti Senin (07/03). Pertandingan kick off mulai pukul 15.30 WIT atau 13.30 WIB ini diprediksi akan berlangsung seru, pasalnya kedua tim sama-sama berlaga di ajang internasional

Arema baru saja mengawali laga Liga Champion Asia (LCA) menghadapi Cerezo Osaka di Stadion Nagai Osaka, Jepang, Rabu (02/03) lalu dengan skor tipis 1-2 untuk kemenangan tuan rumah sementara Persipura baru saja berhasil menahan imbang South China dengan skor 1-1 juga di ajang yang sama, Piala Asia.

Menilik hasil laga pada putaran pertama lalu, Singo Edan nama lain Arema Indonesia berhasil membekuk Persipura di stadion Kanjuruhan Kepanjen dengan skor 1-0. Hasil tersebut sekaligus mematahkan rekor Persipura sebagai tim yang tak terkalahkan hingga pertandingan ke 12 Indonesia Super League (ISL) 2010/2011.

Tidak ingin kehilangan muka di depan ribuan pendukungnya, Persipura tentu berambisi membalas kekalahan menyakitkan dari anak didik Miroslav Janu pada putaran lalu. Pelatih Persipura Jayapura Jacksen F. Tiago optimis timnya dapat memenangkan pertandingan. "Arema tim kuat tetapi kami berniat memenangkan laga pertama di putaran kedua,", tegas Jacksen optimis.

Kubu Arema sendiri tidak menganggap laga putaran pertama lalu sebagai tolak ukur pertandingan melawan Persipura nanti. Asisten pelatih Arema Joko Susilo menyebut tim berjuluk Mutiara hitam tersebut adalah tim yang istimewa. "Kami menyadari Persipura adalah tim istimewa dan kemenangan di Malang tidak dapat menjadi ukuran,", tandas Joko. Meski begitu Arema tetap optimis bisa tampil maksimal menghadapi Persipura.

Perjalanan kedua tim di ajang ISL di pertandingan terakhir ISL, berpihak pada tim tamu Singo Edan, Noh Alamsyah dkk mengukir catatan manis di laga terakhir putaran pertama ISL dengan hasil manis setelah melumat Persiwa Wamena 4 gol tanpa balas di stadion Kanjuruhan (11/2). Sementara, Persipura baru saja menelan kekalahan ketika di jamu Persiba Balikpapan dengan skor 1-0 (12/02) lalu. (ovn/ard)
sumber :http://www.aremafc.com

Label:

Senin, 07 Februari 2011

yuli sumpil sang dirijen aremania



Bagi yang belum mengenal Yuli Sumpil, tokoh dalam The Conductors, film dokumenter teranyar karya Andi Bachtiar Yusuf.

The Conductors berusaha untuk mengungkap sisi lain dari Addie MS (Twilite Orchestra), AG Sudibyo (Paduan Suara Mahasiswa UI) dan Yuli “Sumpil” (Aremania), menampilkan kiat dan semangat dari anak manusia yang sangat mencintai profesinya tersebut. Film yang telah diputar pada ajang Jakarta International Film Festival (JiFFest) 2007 lalu tersebut merupakan karya dokumenter kedua pria yang lebih akrab dipanggil “Ucup” setelah The Jak (2007). Dan setelah premiere di Jakarta, akan diputar di Bandung, Malang, Semarang, Yogyakarta, Jember, Purwokerto, Pusan (Korea Selatan).

“Cita-cita saya, pagar besi pembatas tribun dengan lapangan nanti tidak perlu ada lagi. Jadi kita menonton sepakbola dengan enak, tidak ada perkelahian, tidak ada suporter yang mengganggu pemain. Saya juga ingin semua golongan bisa bersatu di sini. Kaya atau miskin, laki-laki atau perempuan, Cina atau bukan Cina, pejabat atau orang biasa, Islam atau Kristen, di sini semuanya bisa sama,”

Laki-laki muda itu sudah menjadi suporter fanatik klub sepakbola kotanya sejak masih anak-anak. Ia lahir dan tinggal di Malang, Jawa Timur, dan klub sepakbola itu bernama Arema (Arek Malang). Yuli Sugianto adalah salah satu suporter paling populer di kalangan Aremania, sebutan bagi suporter Arema. Bersama suporter Persebaya (Persatuan Sepakbola Surabaya) yang disebut Bonek (bandha nekat, modal nekat), Aremania terkenal sebagai suporter paling fanatik dalam sejarah sepakbola Indonesia.

Yuli berkisah sudah sejak anak-anak ia selalu berusaha melakukan apa saja demi menonton pertandingan Arema. Semasa duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP) misalnya, jika tak ingin terlambat datang ke stadion, ia harus membolos sekolah sore. Dan jika pertandingan berlangsung di luar kota, itu berarti ia harus siap sejak pagi, bersiap menunggu di pinggir jalan raya, dan siap melompat ke dalam bak truk atau mobil angkutan barang lain untuk menuju kota tujuan.

Sekarang Yuli adalah dirigen Aremania. Seorang dirigen, layaknya seorang konduktor dalam pertunjukan orkestra, adalah orang yang memimpin para suporter untuk menyanyi dan menari dalam sebuah pertandingan sepakbola. Seorang dirigen menentukan lagu mana yang harus dinyanyikan dan gerakan tubuh macam apa yang mesti dilakukan. Aremania punya dua dirigen. Selain Yuli juga ada Yosep, yang biasa dipanggil Kepet.

Di kalangan Aremania, dirigen dipilih dengan cara yang tidak terlalu rumit. Tidak ada pemungutan sura yang berlangsung dengan ketat. Seseorang dipilih menjadi dirigen karena penampilan fisiknya yang menarik (ceria, nyentrik, dll.), kemampuannya berkomunikasi dengan suporter lain, dan kemampuannya membangkitkan semangat suporter untuk terus memotivasi tim yang didukungnya. Oleh sejumlah suporter seorang dirigen ditunjuk dengan cara yang sulit dijelaskan, hampir kebetulan saja, sebelum sebuah pertandingan sepakbola dimainkan. Tetapi begitu seorang dirigen terpilih, jabatan itu akan disandangnya terus, tanpa batas waktu yang jelas, sampai ia mengundurkan diri atau kehilangan kemampuan untuk memimpin. Begitulah, tujuh tahun lalu dan Kepet terpilih begitu saja sebagai dirigen Aremania. Dan hanya kepada mereka berdualah 30 ribuan Aremania mau tunduk. “Mungkin saya dipilih karena berambut gondrong dan suka menari sambil memanjat pagar pembatas lapangan. Kalau Kepet mungkin karena ia punya banyak teman. Ia kan tinggal dekat stadion,” kata Yuli.

Di Stadion Gajayana Malang, markas Arema, Yuli dan Kepet mesti berbagi wilayah kekuasaan. Wilayah kekuasaan Yuli adalah tribun bagian timur, tepat di bawah papan skor. Wilayah Kepet adalah tribun bagian selatan. Sementara tribun VIP dibiarkan tanpa dirigen.

Pertandingan sepakbola biasanya dimulai jam 4 sore, tetapi para suporter sudah memadati stadion sejak 2 jam sebelumnya. Mereka memainkan genderang, terompet, menyanyi, menari dan menyulut kembang api dan petasan. Sebelum dirigen datang, atraksi-atraksi ini berlangsung sporadis, dalam kelompok-kelompok kecil, dan tidak kompak. Tetapi begitu mereka melihat kedatangan Yuli dan Kepet, secara otomatis semuanya akan bertepuk tangan dan bertempik-sorak seperti menyambut kedatangan presiden mereka. Yuli dan Kepet tersenyum, dan begitu mereka melambaikan tangan, ribuan suporter ini menjadi lebih tenang. Semua musik, lagu, dan tarian dihentikan. Yuli dan Kepet akan segera menaiki singgasana mereka, yaitu pagar besi pembatas lapangan setinggi 2 meter. Mereka mulai menjalankan tugasnya; sambil berdiri di atas pagar menghadap ke tribun penonton mereka menggerakkan tangan dan kaki, memiringkan dan memutar tubuhnya ke kiri, kanan, depan, dan belakang sebagai alat untuk memberi aba-aba. Ribuan penonton menjadi kompak dan memainkan musik, menyanyi, dan menari. Semuanya mengikuti aba-aba dan contoh gerakan yang dilakukan Yuli dan Kepet.

Sepuluh menit sebelum pertandingan dimulai, Yuli dan Kepet memberi aba-aba berhenti. Kalau mereka sudah menaikkan tangan kanan ke atas, itu artinya tarian akan berhenti dan para suporter akan segera menyanyikan lagu Padamu Negeri.[1] Para pemain memasuki lapangan, wasit meniup peluit, pertandingan segera dimulai, tarian dan lagu dimainkan kembali. Karena atraksi-atraksinya yang menarik, Arema pernah memenangi penghargaan suporter terbaik dari Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI).

Satu-satunya kelompok suporter besar yang tetap tinggal “liar” adalah Aremania. Klub dan Pemda tidak memberi bantuan dana atau berkeinginan membuat organisasi formal untuk suporter. Para suporter tetap membuat kelompoknya sendiri dengan keinginan mereka sendiri, kelompok-kelompok ini mereka sebut dengan Korwil (Koordinator Wiyalah). Di Malang sekarang ini sekurang-kurangnya ada 125 Korwil Aremania. Tiap Korwil punya seorang ketua yang hanya bertugas mengumpulkan suporter di wilayahnya menjelang Arema bertanding. “Tidak perlu organisasi-organisasian. Kalau ada organisasi itu repot, nanti malah diatur-atur, disuruh begini, disuruh begitu, bayar ini, bayar itu. Apalagi kalau sampai dikait-kaitkan sama partai politik segala,” kata Ponidi—dikenal sebagai Tembel—Ketua Korwil Stasiun. Meski tiap Korwil punya ciri khas sendiri, yang ditandai dengan bendera, spanduk, seragam, dan dandanannya, komando di stadion tetap ada di tangan dirigen. Hanya Yuli dan Kepet yang mampu mengatur dan menenangkan merea. “Pengurus klub atau walikota sekalipun tidak akan bisa ada artinya bagi suporter. Dia tak akan mampu mengatur 30 ribu orang. Tapi begitu Yuli atau Kepet yang ngomong, ya semuanya manut,” jelas Tembel.

Yuli adalah pemuda dari keluarga miskin yang tinggal di sebuah kampung di bagian timur Malang. Sebelum menjadi dirigen Aremania, sejak lulus dari sebuah Madarasah Aliyah, Yuli bekerja sebagai pencuci mikrolet—angkutan umum dalam kota. Ia biasa bekerja dari jam 4 sore hingga jam 12 malam, dari pekerjaannya, dalam sehari Yuli bisa memeroleh 10 ribu hingga 15 ribu rupiah.

Sejak menjadi dirigen, Yuli praktis berhenti bekerja. Menurutnya pilihan ini adalah saran orangtuanya yang tak tahan melihat Yuli menghabiskan hampir semua waktunya untuk mengurusi sepakbola, sepakbola, dan sepakbola. Ia kini menggantungkan hidupnya pada orangtuanya. Bapaknya, Asip, bekerja sebagai tukang kayu panggilan. Semenntara ibunya, Juwariyah, mendapatkan uang dengan menjual makanan rumahan bikinannya ke warung-warung di sekitar kampungnya. Yuli mengatakan setiap hari mendapat uang saku antara 500 hingga 2000 rupiah dari bapak atau ibunya. “Yul, ini ada sedikit uang untuk beli rokok,” kata Yuli menirukan ibunya.

Label: